Kamis, 30 Oktober 2014

soal tugas rumah klas 4B

Ubahlah kalimat di bawah ini menjadi kalimat tidak langsung ! (Ditulis sambung )
contoh : 
“Kamu memang anak baik.” Kata ibu kepada Budi. (Kalimat Langsung)

di ubah manjadi :

Ibu mengatakan kepada aku bahwa aku memang anak baik. (Kalimat Tidak Langsung)

  1. “Apakah kamu tau gambar ini?” Tanya Pak Jamari.
  2. “Saya belum siap!” kata Mira, “Tunggu sebentar!”
  3. “Di mana Anda tinggal? Tanya Duta.
  4. Ibu berkata, “Engkau tadi dicari Iwan.”
  5. Paman bertanya, “Kapan kamu berangkat ke Solo?”
  6. Nina berkata,”Datanglah ke rumahku!”
  7. Kakek Basir berkata,”Aku ingin menanam lengkeng.”
  8. ”Apakah kamu juga masih sakit perut? Tanya Ayah.
  9. Ibu berkata, “Malam ini kamu harus belajar!”
  10. Akbar berkata, “Aku akan berangkat ke Jakarta besok sore.”
  11. Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar !”
  12. Ibu berkata,”kamu harus rajin belajar!”
  13. Ida berkata,”Adikku juara satu!”
  14. Ibu berkata,”Saya akan pergi ke rumah nenek sebentar.”
  15. Kata Webby,” Saya nanti sore akan kerumahmu.”

Sabtu, 01 Februari 2014

Pendekatan Pragmatik



Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SD membawa siswa untuk belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional.
Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED, 2001).
Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment) ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic commmunication) (Salinger, 2001).
Pendekatan pragmatik termasuk salah satu pendekatan komunikatif yang mulai digunakan dalam pengajaran bahasa sejak munculnya penolakan terhadap paham behaviorisme melalui metode Drill-nya. Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa dirintis oleh Michael Halliday dan Dell Hymes. Hymes menciptakan istilah communicative competence, yaitu kompetensi berbahasa yang tidak hanya menuntut ketepatan gramatikal, tetapi juga ketepatan dalam konteks sosial (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:4).
Penggunaan pendekatan paragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga dilandasi oleh semangat pembelajaran kontruktivistik yang memiliki ciri-ciri:
1.      perilaku dibangun atas kesadaran diri;
2.      keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman;
3.      hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, berdasarkan motivasi intrinsik;
4.      seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya;
5.      pembelajaran bahasa dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks nyata;
6.      siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran;
7.      pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, dengan cara memberi makna pada pengalamannya. Oleh karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang (tentative & incomplete);
8.      siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi;
9.      hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber;
10.  pembelajaran terjadi di berbagai konteks dan setting (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:21-22).
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga didasari oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis.

BELAJAR

Apa sebenarnya belajar itu?
Banyak para ahli berpendapat bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk berubah, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan lain sebagainya...
Oleh karena itu, belajar sangat penting bagi manusia yang ingin berubah. Karena dengan belajar manusia dapat memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.
Kapan manusia harus belajar?
Manusia belajar dapat dilakukan kapan saja, karena  belajar tidak mengenal waktu dan usia. Selama ada minat serta kemauan untuk melakukan perubahan, manusia diwajibkan untuk terus belajar. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, semasa hidupnya. Beliau tidak pernah berhenti untuk terus belajar, sehingga semua umat manusia mengakui kepandaian serta kecerdasan beliau. Oleh karena itu, belajar bagi manusia dapat dilakukan kapan saja.